(+62 231) 8301548 isif@isif.ac.id

Oleh: Marzuki Wahid (Rektor ISIF)

ISIF CIREBON – Tugas lain yang kami lakukan di Madinah adalah melayani, membantu, dan memastikan jamaah haji setelah 8 hari tinggal di Madinah dapat bergeser ke Mekah bagi gelombang I atau pulang ke Tanah Air bagi gelombang II dengan aman, selamat, nyaman, dan tidak ada barang bawaan yang tertinggal.

Ini dilakukan dengan menyediakan transportasi dan makan yang memadai sesuai dengan kebutuhan jumlah jamaah haji, yang pada umumnya sekitar 9 sampai 11 bus untuk 1 Kloter. Memastikan semua koper besar, koper kecil, kursi roda, dan semua barang milik jamaah haji terbawa ke dalam mobil yang diatur sesuai dengan rombongan.

Terkesan sederhana, tapi praktik di lapangan tidak mudah. Jumlah jamaah haji yang pada umumnya sekitar 360-450 orang dalam 1 Kloter, berarti terdapat koper sekitar 720-900 koper besar dan kecil, yang berada di lantai 10 hingga lantai 2.

Menurunkan jumlah besar koper-koper ini dari lantai 10 ke lantai lobby dalam waktu yang sama bukan perkara mudah dengan fasilitasi lift yang sangat terbatas. Meskipun ini bukan tugas kami, tetapi dalam kenyataannya kami terlibat membantu koper-koper ini turun ke lantai lobby, yang selanjutnya diangkut ‘ummal ke mobil bus.

Hal yang tak kalah pentingnya bagi saya sebagai petugas haji layanan jamaah Lansia adalah melayani, membantu, dan mendampingi jamaah haji Lansia dengan beragam kebutuhannya. Intinya, bagaimana para Lansia ini tidak merasa sendirian, terlayani semua kebutuhannya, dan aman, nyaman, serta hashil maqshud.

Ini dilakukan sejak dari kamar hotel hingga jamaah Lansia ini naik mobil bus di kursi yang tepat, yakni terdepan atau terdekat dengan akses pintu mobil.

Ada banyak hal yang menarik untuk dicatat dalam kaitan dengan layanan jamaah haji Lansia ini. Pernah dalam suatu hotel, lift nya tidak berfungsi karena konslet listrik. Pada waktu yang sama, jamaah haji se-Kloter di hotel itu harus bergeser ke Mekah.

Para jamaah haji di hotel itu singgah di lantai 10, 9, 8, dan 7. Oleh karena lift tidak berfungsi, maka semua jamaah haji turun dari lantai 10, 9, 8, dan 7 menggunakan tangga darurat. Tua, muda, laki-laki dan perempuan, yang sehat, dan yang sakit, satu per satu menuruni tangga menuju lobby. Bisa terbayang betapa mereka harus berjuang untuk turun dengan selamat.

Nah, ada Lansia berkebutuhan khusus yang tidak bisa jalan sama sekali. Akhirnya, bapak ini digotong bareng-bareng dengan kursi rodanya dari lantai 10 sampai lantai lobby. Begitu juga para Lansia yang sudah berusia di atas 80 tahun, mereka harus dipapa menuruni tangga darurat.

Inilah sekelumit perjuangan kami sebagai petugas haji di Madinah, khususnya dalam layanan jamaah Lansia. []

202