(+62 231) 8301548 isif@isif.ac.id

Pesantren Fahmina Sambut Kunjungan dan Dialog Antaragama Pelajar BPK Penabur

ISIF Cirebon – Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina menerima kunjungan dan dialog antaragama dari pelajar BPK Penabur Cirebon yang dipimpin oleh Pendeta Kukuh dari GKI Pamitran, di Rumah Joglo Cirebon pada Senin malam, 21 Oktober 2024.

Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan santri dan pelajar, yang saling berdialog dan berbagi pengetahuan serta pengalaman keagamaan. Tujuan utama kunjungan ini adalah untuk mempererat hubungan antara Mahasantriwa (sebutan khusus bagi santri PP Luhur Manhajiy Fahmina) yang beragama Islam dan pelajar BPK Penabur yang beragama Kristen.

Dalam kegiatan ini, para pelajar Kristen dari BPK Penabur berbincang dengan para Mahasantriwa terkait kehidupan sehari-hari di pesantren, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang Islam dan isu-isu yang sering muncul dalam hubungan antara umat Islam dan Kristen. Melalui dialog antaragama yang interaktif, mereka berbagi pengalaman keagamaan, pengetahuan, dan pandangan tentang perbedaan serta kesamaan dalam kehidupan beragama.

Dalam Berbagai Kyai Marzuki Wahid , Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina, kegiatan ini merupakan momen penting untuk memperkuat silaturahmi dan toleransi antarumat beragama di antara umat Islam dan Kristen.

“Saya terus terang senang, bahagia, dan terharu atas kunjungan teman-teman ke Pondok Pesantren Luhur Manhaji Fahmina. Momen ini menjadi momen yang tepat untuk berdialog dan mengklarifikasi apa-apa yang teman-teman ingin ketahui tentang Islam,” kata Kyai Marzuki.

Dalam wawancara dengan Kyai Marzuki, ia juga menekankan bahwa kegiatan ini sejalan dengan misi pesantren dalam menghargai perbedaan dan membangun kerjasama dengan berbagai kelompok keagamaan.

“Perdamaian, keadilan dan kemanusiaan harus diwujudkan melalui kerja sama multipihak, termasuk dengan teman-teman dari agama yang berbeda,” ungkap Kyai Marzuki.

Selain itu, menurutnya, kunjungan ini merupakan langkah konkret dalam upaya Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina untuk mendidik generasi muda agar lebih terbuka, toleran, serta siap hidup berdampingan dengan masyarakat dalam yang plural.

“Dengan kunjungan ini kami ingin mendidik Mahasantriwa Luhur Manhajiy Fahmina untuk berpikir inklusif, toleran, dan moderat terhadap pihak-pihak yang berdeda dengan mereka” tambahnya.

Ia juga berharap agar kegiatan ini dapat menjadi bagian dari edukasi bagi para Mahasantriwa untuk semakin menghargai perbedaan dan memperkuat hubungan lintas agama. Dengan adanya dialog seperti ini, harapannya para santri dan pelajar bisa lebih memahami pentingnya toleransi antarumat beragama dan menyebarkan nilai-nilai perdamaian di lingkungan mereka masing-masing.

“Kita bisa bergaul dengan siapa pun dan di mana pun, asalkan tidak melanggar nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan,” tutupnya.[]

— Reporter: Gun Gun Gunawan

Perkuat Perspektif Ke-ISIF-an dan Kapasitas Dosen, ISIF Cirebon Gelar Workshop Keadilan Gender

ISIF Cirebon — Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon menunjukkan komitmennya dalam mengintegrasikan nilai-nilai keadilan gender ke dalam dunia pendidikan dengan menyelenggarakan Workshop Penguatan Perspektif Ke-ISIF-an dan Keadilan Gender bagi Dosen ISIF Cirebon. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Konvergensi ISIF selama empat hari, mulai dari Selasa hingga Jumat, 15-18 Oktober 2024.

Workshop ini menghadirkan para pemateri ahli dari Yayasan Fahmina yang dikenal aktif memperjuangkan isu keadilan gender dan kemanusiaan. Marzuki Wahid, Faqihuddin Abdul Kodir, dan Buya Husein Muhammad, bersama dengan Rika Rosvianti (Neqy) dari Komunitas perEMPUan, mendampingi dan memandu langsung jalannya workshop.

Selama pelatihan, para dosen diajak mendalami keterampilan dalam menafsirkan teks-teks keagamaan dengan pendekatan yang responsif terhadap isu gender. Tak hanya itu, mereka juga diberi pemahaman mendalam tentang pentingnya menegakkan keadilan gender sebagai bagian dari misi kemanusiaan yang lebih luas, serta menciptakan perdamaian semesta melalui pendidikan.

Workshop ini bertujuan agar dosen mampu mengembangkan bahan ajar yang tidak hanya peka terhadap isu gender, tetapi juga mendukung pencapaian kesetaraan di dalam kelas dan di seluruh lingkungan pendidikan ISIF.

Dalam sambutan Rektor ISIF Cirebon, Marzuki Wahid,  menegaskan bahwa integrasi nilai-nilai keadilan gender dalam pendidikan merupakan bagian tak terpisahkan dari visi besar ISIF. Ia juga menekankan pentingnya internalisasi nilai-nilai ke-ISIF-an oleh para dosen sebagai penggerak utama perubahan di kampus.

“Workshop ini bertujuan untuk mengintegrasikan visi kampus dengan visi masing-masing dosen yang nantinya dituangkan dalam pembelajaran,” ucapnya.

Kegiatan ini  menjadi wadah bagi dosen untuk memperkuat pemahaman mereka mengenai konsep keadilan gender, yang tidak hanya relevan dalam konteks kajian Islam tetapi juga dalam berbagai program studi lainnya. Selain itu, workshop ini diharapkan menghasilkan tenaga pendidik yang memiliki pemahaman kuat tentang isu-isu gender dan mampu mendidik mahasiswa dengan fondasi keadilan gender sebagai prinsip utama.

Lebih lanjut, Marzuki Wahid juga menyampaikan agar workshop ini tidak hanya sekadar menjadi pelatihan teknis, tetapi mampu memberikan dorongan bagi para dosen untuk merumuskan strategi dan pendekatan baru dalam pengajaran yang lebih inklusif dan adil gender.

“Saya berharap hasil dari workshop ini dapat menghasilkan inovasi baru dan revolusi dalam pembelajaran di perguruan tinggi, keluar dari kebiasaan lama dan berani mencoba praktik baru yang lebih tepat berbasis perspektif keadilan gender dan memerdekakan manusia,” tutupnya.[]

ISIF Cirebon Gelar Seminar Hasil Praktik Lapangan Profesi Secara Terbuka

ISIF Cirebon – Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) menggelar Seminar Hasil Praktik Lapangan Profesi (PLP) bertempat di ruang Konvergensi yang berlangsung pada Senin, 30 September 2024. Kegiatan ini menjadi ajang penting bagi para mahasiswa untuk mempresentasikan hasil praktik lapangan yang telah mereka jalani. Sebanyak 37 peserta dari tiga program studi—Ekonomi Syariah, Pendidikan Agama Islam, dan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir—terlibat dalam kegiatan tersebut. Mereka terbagi ke dalam delapan kelompok, masing-masing memaparkan pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan selama praktik di berbagai lokasi.

Seminar PLP ini dijadwalkan berlangsung selama dua hari, mulai 30 September hingga 1 Oktober 2024. Ada perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan pelaksanaan seminar PLP tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya acara ini hanya terbatas bagi penguji dan peserta, kali ini seminar dilaksanakan secara terbuka, memberikan kesempatan bagi seluruh civitas akademika ISIF untuk turut serta menyimak hasil-hasil yang disajikan. Langkah ini diambil dengan tujuan untuk memperluas cakupan manfaat dari kegiatan tersebut dan mendorong terjadinya pertukaran ide di antara mahasiswa dan dosen yang hadir.

Menurut Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ISIF, Zaenab Mahmudah, Lc. ME.I., keputusan untuk menggelar seminar secara terbuka bukan tanpa alasan. Ia menjelaskan bahwa format baru ini diharapkan mampu menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh peserta selama menjalani PLP, sehingga lebih banyak mahasiswa yang bisa mengambil manfaat dari pengalaman tersebut.

“Seminar ini dilaksanakan supaya pengetahuan yang didiapat mahasiswa bisa dibagikan lebih menyeluruh, jadi tidak hanya mandek di ruang pengujian antara mahasiswa dan dosen penguji,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya berbagi pengalaman lapangan secara terbuka, terutama agar mahasiswa lain dapat memahami tantangan dan peluang yang dihadapi peserta PLP saat berada di lokasi praktik.

“Kalau dulu hanya antar penguji dan mahasiswa, dengan format seperti ini seluruh mahasiswa jadi mengetahui antara lokasi di sana seperti apa, pengalamannya seperti apa, dan ilmu yang didapatnya seperti apa,” tambahnya.

Program PLP, lanjutnya, merupakan bagian dari upaya kampus untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja, dengan memberikan pengalaman langsung sesuai dengan bidang studi mereka.

“PLP diselenggarakan jelas sebagai latihan berpraktik profesi bagi mahasiswa. Mahasiswa jadi punya pengalaman belajar di sekolah sebagai seorang guru bagi yang PAI, dan sebagai seorang pengusaha kalau yang Ekonomi Syariah,” katanya menjelaskan.

Dengan digelarnya Seminar Hasil PLP secara terbuka, diharapkan para peserta dapat lebih dalam mengeksplorasi pengetahuan dan berbagi wawasan dengan mahasiswa lainnya. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mendorong terjadinya diskusi yang lebih produktif di kampus, sehingga dapat melahirkan ide-ide baru.

“Seminar ini bertujuan untuk membuka ruang diskusi di kampus supaya ide dan gagasan dapat tumbuh dan berkembang dan dapat didiskusikan,” tutupnya.

PBAK ISIF Cirebon 2024 Angkat Tema Transformasi Nilai-Nilai Kebudayaan

ISIF Cirebon – Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon menggelar Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) untuk mahasiswa baru dengan tema “Merajut Keadilan dan Kesetaraan dengan Transformasi Nilai-nilai Kebudayaan” di Auditorium Aula Affandi Mochtar hari ini, Sabtu 21 September 2024 .

Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) ISIF Cirebon merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa baru. Hal ini berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2939 Tahun 2024 tentang Pedoman Umum Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari dari tanggal 21-23 September 2024 ini diikuti oleh puluhan mahasiswa baru dari empat Program Studi (Prodi), yaitu Prodi Ahwal As-Syakhsyiyah (AS), Pendidikan Agama Islam (PAI), Ilmu Al – Qur’an Tafsir (IAT), dan Ekonomi Syariah (ES).

Acara pembukaan dihadiri langsung oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Kemahasiswaan, Safrotulloh, M.Pd.

Dalam sambutannya, Safrotulloh menyambut hangat mahasiswa baru dan menyampaikan bahwa PBAK merupakan kesempatan penting untuk memahami lebih lanjut tentang budaya akademik ISIF.

“PBAK adalah gerbang bagi mahasiswa baru untuk mengenal suasana kampus, terutama terkait nilai-nilai dan budaya ke-ISIF-an,” tuturnya.

Ia juga menekankan perbedaan PBAK tahun ini, yang diwarnai dengan keberagaman mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.

“Kampus ISIF terbuka bagi siapa pun, dari mana pun. Tahun ini, mahasiswa baru datang dari berbagai penjuru Indonesia, termasuk Kalimantan, Sumatera, Aceh, dan Riau,” jelasnya.

Lebih lanjut Safrotulloh menjelaskan tentang orientasi pendidikan di ISIF, yakni untuk memberikan perubahan signifikan bagi masyarakat.

“Tujuan dari pendidikan ISIF adalah mengubah kondisi masyarakat dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari minadzulumaati ilannur ,” tambahnya.

Selain itu, di tengah dinamika sosial yang terus berkembang dan tuntutan akan pendidikan yang lebih inklusif, ISIF Cirebon berkomitmen membangun reputasi sebagai institusi yang tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

“Kampus ISIF termasuk kampus yang sudah familiar di kalangan akademis sebagai kampus yang berperspektif keadilan, kemanusisaan, dan keadilan gender,” tambahnya.

Safrotulloh berharap kepada para peserta untuk mengikuti kegiatan ini dengan baik dan jangan ragu untuk saling berkenalan dengan satu sama lain.

“Jadikan momen PBAK ini sebagai momen untuk taaruf satu sama lain sehingga dapat menumbuhkan benih-benih persaudaraan,” pesannya.

Sementara itu, Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) ISIF, Siti Robiah, menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran tentang budaya yang dimiliki oleh mahasiswa.

“Tema ini dipilih sebagai bentuk usaha untuk membangkitkan kesadaran tentang budaya yang kita miliki,” ungkapnya.

Selain itu ia menekankan pentingnya membangun budaya akademik mahasiswa sehingga mampu menyuarakan pendapat dengan lebih kritis.
“Mahasiswa sudah seharusnya berpikir kritis, rasional dan punya kebebasan penuh, sebagai garda terdepan dalam menyuarakan aspirasi untuk mewujudkan keadilan,” tutupnya**

“Keloid Reflections”: Welas Asih terhadap Individu dengan Ragam Identitas Ketubuhan

Pertunjukan seni kolaboratif bertajuk “Keloid Reflections”(Cermin Keloid) ditampilkan secara virtual oleh penggiat Balad Kawit Seja, Umah Ramah dan penggiat muda lainnya dalam Konferensi tahunan UCR QTSR (University of California, Riverside on Queer and Trans Studies in Religion) yang keenam, pada 17-19 Februari 2024, atau 16-18 Februari 2024 waktu setempat. Tempat pelaksanaan dan kebutuhan pertunjukan ini didukung oleh Institut Studi Islam Fahmina, Umah Ramah, dan Balad Kawit Seja.

Pertunjukan Keloid Reflections ditampilkan melalui metode transmedia yaitu dari novel “Keloid” (2022) menjadi perpaduan puisi, gerakan somatik dan musik instrumental yang mengiringinya. Karya pertunjukan ini diinisiasi oleh Rhaka Katresna (penggiat Balad Kawit Seja) yang tertarik setelah membaca novel yang diterbitkan Umah Ramah tersebut. Seketika itu, ia mengajak Napol Riel (penulis “Keloid” dan penggiat Umah Ramah) untuk berkolaborasi menampilkan pertunjukan Cermin Keloid secara daring dari kantor Umah Ramah dalam Peringatan IDAHOBIT oleh Arus Pelangi tahun lalu.

Selang beberapa bulan, Rhaka mengajukan proposal untuk menampilkan pertunjukan seni ini dalam konferensi UCR-QTSR yang kemudian diterima oleh pihak penyelenggara. Selain Napol, ia juga mengajak Lacahya (penggiat seni teater), Barr (mahasiswa dan penggiat seni sastra), dan Leon (komposer musik, illustrator dan kreator komik) untuk turut berkolaborasi.

Di sesi tanya-jawab, Rhaka menuturkan bahwa Keloid Reflections diwujudkan sebagai salah satu bentuk karya kolektif dalam upaya membangun kesadaran berwelas asih terhadap individu dengan ragam identitas ketubuhan; dalam konteks yang diceritakan di novella “Keloid”, yaitu terhadap individu trans laki-laki. “Keloid” sendiri menceritakan tentang kisah nyata perjalanan hidup dan pengalaman batin tokoh utama bernama Jenar sebagai trans laki-laki yang hidup di Indonesia dengan latar belakang keluarga Muslim.

Keloid Reflections melalui proses kreatif yang cukup menguras energi kawan-kawan penggiat yang terlibat. Sebelum menulis puisi bersama, mereka terlebih dahulu membaca buku Keloid dengan saksama; merefleksikan apa yang dialami tokoh Jenar dengan pengalaman hidup masing-masing. Hasil refleksi itu dituliskan dalam bentuk tangents (berupa ungkapan, komentar, atau pertanyaan kepada penulis) untuk didiskusikan bersama secara daring. Setelah diskusi refleksi, penulisan bait-bait puisi pun dilakukan. Tiap orang menuangkan ide-idenya ke dalam google document dari rumah masing-masing, yang kemudian disusun menjadi sebaris puisi.

Musik pengiring dikomposisikan oleh Leon berdasarkan mood dalam kisah Keloid. Para penampil–Rhaka dan Lacahya–berlatih menginterpretasikan proses refleksi mereka atas pengalaman transisi hidup Jenar–secara spiritual dan ketubuhan–ke dalam tubuh mereka masing-masing, melalui gerakan somatik mengikuti alunan musik dan pembacaan puisi oleh Barr.

Dua hari sebelum pentas, mereka yang akan tampil berkumpul untuk menyelaraskan semuanya ke dalam satu pertunjukan utuh; urutan persiapan, tata ruang pentas, pencahayaan, sistem pengeras suara, dan lainnya. Setelah dilakukan gladi resik beberapa kali, Keloid Reflections berhasil ditampilkan dengan baik di hadapan audiens konferensi UCR QTSR yang hadir secara luring maupun daring.

Antusiasme hadirin terlihat dalam sesi diskusi pasca penampilan mereka. Beberapa audiens berkomentar mengapresiasi karya kolektif ini. Beberapa yang lain, bertanya tentang proses kreatif dan konteks yang melatarbelakanginya. Respons audiens satu per satu ditanggapi Rhaka dan Napol–mewakili yang lainnya–dengan sukacita lantaran pesan dalam pertunjukan karya tersebut sampai kepada penonton.

Melalui proses tersebut dan wawasan berdasarkan pengalaman Rhaka, Barr, Lacahya, dan Leon–selain Napol sebagai penulis Keloid–dalam penggarapan karya ini, adalah benar bahwa karya ini mengafirmasi perkembangan psikologis, spiritual dan seksual dari trans laki-laki. Harapan dari karya ini adalah menginspirasi semakin bermunculan karya dan kerja kolektif serupa, serta diskusi-diskusi inklusif yang mengafirmasi pengalaman individu dengan ragam identitas ketubuhan; mereka yang pengalamannya sering kali terabaikan dan disalahartikan dalam masyarakat. []

Tulisan ini telah dipublikasi di website Umahramah.org dengan judul : “Keloid Reflections”: Welas Asih terhadap Individu dengan Ragam Identitas Ketubuhan

Ahmad Mahmudi Minta Mahasantriwa SUPI untuk Terus Riset dan Berpikir Kritis

ISIF CIREBON – Untuk menemukan kebenaran teman-teman mahasantriwa SUPI harus terus menerus untuk melakukan riset dan riset.

Karena dengan melakukan riset, otak kita akan terlatih untuk selalu berpikir kritis. Terutama saat kita melihat dan membaca realitas sosial di dalam kehidupan masyarakat.

Begitulah, seperti yang disampaikan Dewan Guru INSIST, Ahmad Mahmudi kepada seluruh mahasantriwa SUPI, di rumah Joglo, Majasem, Cirebon, pada Rabu, 26 Oktober 2022.

Lebih lanjut, Mantan Direktur LPTP itu menyampaikan, yang membedakan ISIF dengan perguruan tinggi lainnya adalah riset dan transformasinya.

Oleh karena itu, ia mengaku bersama Pak Rektor, Pak Marzuki Wahid terus mendorong dan menciptakan mahasiswa ISIF, terutama teman-teman SUPI untuk menjadi peneliti yang handal, yang bisa membangun dan melakukan perubahan di masyarakat.

Terlebih, melalui program SUPI ini teman-teman ini diminta untuk dapat melakukan perubahan kepada masyarakat, agar pandangan masyarakat bisa lebih terbuka untuk keadilan laki-laki dan perempuan, kemaslahatan, kemanusiaan dan kedamaian semesta.

“Tidak akan dikatakan mahasantriwa, kalau teman-teman SUPI belum melakukan riset. Dan tidak dikatakan mahasantriwa, kalau teman-teman SUPI belum terbiasa berpikir kritis,” katanya.

Ia berharap besar kepada teman-teman mahasantriwa SUPI, agar bisa benar-benar matang dalam risetnya, baik itu secara teori maupun praktik di lapangan nanti.

Pasalnya, dengan turun ke lapangan langsung, teman-teman SUPI akan bisa merasakan bagaimana kehidupan realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Terlebih, teman-teman SUPI juga akan lebih banyak mendengar dan melihat realitas sosial. Karena dengan mendengar dan melihat akan bisa melatih untuk berpikir kritis, terutama melakukan transformasi sosial.

“Dalam melakukan riset ada yang disebut dengan metode sosial kritis, yaitu lebih banyak mendengarkan dan melihat realitas sosial,” jelasnya. []