(+62 231) 8301548 isif@isif.ac.id

Seminar Desa Preneurship : Upaya DEMA ISIF Ajak Mahasiswa Jaga Ketahanan Pangan

ISIF CIREBON – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) ISIF menggelar seminar Desa Preneurship di gedung auditorium Insitut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, pada Kamis, 16 Juni 2022.

Seminar yang bertajuk “Desa Preneurship: Membangun Perekonomian Desa Melalui Ekonomi Kreatif” itu dikaji oleh Penggagas Desa Preneurship, Budi Yuniarsa dan Direktur Lembaga Penjaminan Mutu (LPM)
Nadisa Astawi, Lc., M.Sh.

Budi Yuniarsa mengucapkan, desa preunership menjadi semangat untuk membangun desa berbasis ekonomi kreatif bagi para warganya.

“Desa preneurship menjadikan desa dapat bertahan dan berdaulat, salah satu contohnya dalam hal kedaulatan pangan,” kata Budi Yuniarsa.

Seminar yang dihadiri langsung oleh puluhan mahasiswa ISIF itu merupakan salah satu program DEMA ISIF untuk menambahkan pengetahuan, dan menambah relasi jaringan yang lebih luas.

“DEMA ingin menyelaraskan gerak dan peran mahasiswa dalam lingkup masyarakat dalam hal ini desa, dengan strategi pembangunan perekonomian desa yang salah satu caranya ialah dengan perspektif Desa Preneurship,” ucap Ketua DEMA ISIF, Gun Gun Gunawan.

Lebih lanjut, dia berharap seminar itu dapat menarik masyarakat desa untuk memiliki karakter wirausaha.

Sementara itu, Nadisa Astawi menyampaikan, Desa Preneurship adalah bagian dari prinsip Participation Action Research (PAR).

Pasalnya di dalam prinsip PAR mengandung cara komunikatif dan inovatif.

“Kampus desa adalah bagian dari PAR untuk dipadukan secara berkelanjutan dengan cara komunikatif dan inovatif secara bersama sama membangun kemandirian dan kedaulatan ketahanan pangan,” tukasnya. (Gun)

Studi Lapangan: Tradisi ISIF untuk Penguatan Mahasiswa dalam Riset Aksi

Masih hangat dalam ingatan, pada hari Senin 20 Februari 2017 di Gedung Negara BKPP Wilayah III Jawa Barat kemarin,  ISIF Cirebon telah sukses mewisuda 34 lulusannya yang secara mental (perspektif) dianggap siap menjadi transformer social di lingkungan masyarakatnya masing-masing.

ISIF yang berbasis Pesantren membangun perspektif bagi seluruh civitas akademikanya. Oleh karena itu, perspektif ISIF diyakini sebagai ruh akademik yang tidak semua mahasiswa di kampus lain memilikinya. Sebagaimana cita-cita ISIF yang tertuang dalam visi misinya, Terdepan dalam Riset dan Transformasi Sosial.

Tidak hanya itu, grand curriculum ISIF pun dirancang untuk meniupkan ruh ISIF sejak dini, yakni sejak semester 1 mahasiswa ISIF diterjunkan langsung ke lapangan untuk melek realitas.

Pada angkatan 2016/2017 misalnya, melalui program khusus mengisi waktu liburan semester 1, yakni Studi Lapangan. Mereka diterjunkan ke wilayah Cirebon Utara, Desa Mertasinga dan Desa Astana. Tanpa berbekal teori (grounded research), di lapangan mereka tanpa pengawalan dari dosen pendamping sama sekali. Dosen pendamping hanya mengantarkan ke Kepala Desa, selanjutnya mahasiswa menyebar tanpa tema apapun.

Alhasil, saat presentasi hasil studi lapangannya, para dosen dan tamu undangan terbelalak oleh karena data yang dihasilkan sangat valid dan semua dokumentasi sesuai dengan aturan riset, baik wawancara maupun gambar tidak bergerak dan bergerak. Seluruhnya disajikan melalui pro-show.

Angkatan sebelumnya, 2015/2016, pun demikian, saat masa Orientasi Kampus (OSPEK), dengan pola yang sama (grounded research), mereka disebar di berbagai titik, seperti Buntet Pesantren Cirebon, Pasar Kramatmulya Kuningan, dan Gunung Jati Cirebon. Hasilnya menjadi rujukan Praktik Islamologi Terapan (PIT) bagi mahasiswa semester atas (semester 6 atau 7). Bahkan, tidak jarang tema skripsi diinspirasi dari hasil studi lapangan tersebut.

Pengalaman penulis saat mendampingi mahasiswa yang sedang PIT di 4 Kecamatan Kab. Kuningan Jawa Barat, mendapat apresiasi sebagai kampus yang tidak eksploitatif terhadap data desa dan kontribusinya sangat nyata, yakni memberikan peta 3 dimensi sebagai acuan dalam pembuatan Sistem Informasi Desa.

Selain itu juga pengalaman penulis saat menduduki Ketua Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru tahun 2016/2017 yang lalu, orang tua/wali mahasiswa selalu saja menitipkan anaknya agar bermanfaat untuk masyarakat sekitar, tidak perlu pintar yang berlebih. Apa gunanya pintar, jika tidak bermanfaat bagi sekitar, ujarnya.

Semoga tahun ini, ISIF dikenal bukan karena kecakapan setumpuk teori belaka, tetapi kemanfaatan ilmu yang ditimba dari ISIF mampu menyirami kekeringan dunia akademik dari ruh kemanusiaan, kesetaraan dan keadilan dan mampu menjawab keresahan masyarakat yang saat ini dibombardir isu agama secara santun dan solutif